Home / Artikel / 3 Masalah Properti di Pasar Milenial

3 Masalah Properti di Pasar Milenial

Nataproptech.com, Tangerang – Jumlah pencari rumah di Indonesia masih sangat tinggi. Tahun ini saja, tercatat backlog di Indonesia mencapai angka 11 juta. Ini artinya, terdapat 11 juta kebutuhan hunian yang harus dipenuhi di seluruh Indonesia.

Di sisi lain, saat ini milenial adalah generasi produktif yang jumlahnya mencapai 90 juta. Milenial menjadi sorotan banyak industri karena merupakan bonus demografi di Indonesia. Sayangnya, milenial dan pasar properti Indonesia kurang berhubungan baik.

Generasi milenial memiliki kebiasaan yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, Baby Boomers. Milenial lebih memilih traveling dibandingkan membeli aset properti. Jika dirangkum, setidaknya ada 3 masalah properti di pasar milenial, ketiga hal tersebut akan dipaparkan melalui poin-poin di bawah ini:

1. Kenaikan harga properti
Meski bukan faktor utama, namun tingginya backlog juga menjadi salah satu faktor kenaikan properti. Setiap tahun, meski kadang tidak begitu drastis, kenaikan harga properti pasti terjadi. Kenaikan harga tersebut seringnya lebih tinggi dari angka inflasi, kenaikan upah, dan juga suku bunga.

Hal ini yang membuat milenial merasa sulit dalam membeli rumah. Cara paling masuk akal adalah dengan mengambil pembiayaan properti dari bank seperti KPR ataupun KPA, dengan metode join income. Metode join income adalah pembiayaan KPR/KPA dengan menghitung penghasilan dari dua belah pihak, suami dan istri. Jadi, syarat mengajukan KPR/KPA dengan model ini adalah sudah menikah.

2. Tidak ada slip gaji
Banyak milenial yang bekerja kreatif sehingga tidak memiliki slip gaji. Slip gaji ini menjadi syarat untuk mengajukan pengajuan kredit pembiayaan properti. Sebetulnya sudah cukup banyak bank yang memberikan program pembiayaan khusus milenial. Namun, pihak bank juga masih banyak yang menjadikan slip gaji sebagai syarat pengajuan.

3. Properti belum menjadi prioritas
Generasi milenial memang berbeda karakteristik dan sifatnya dari generasi sebelumnya. Milenial lebih mementingkan pengalaman dalam hidup, sehingga tidak heran jika mereka lebih memilih untuk berkeliling dunia dibanding membeli aset properti. 

Itulah 3 masalah properti di pasar milenial yang sering terjadi. Para stakeholder seperti developer properti, bank, pemerintah, dan lainnya harus saling dukung untuk mengatasi permasalahan ini.


What's On