Home / Artikel / Kebijakan Ganjil Genap Pengaruhi Properti Jakarta

Kebijakan Ganjil Genap Pengaruhi Properti Jakarta

NataProptech, Serpong – Perluasan sistem ganjil genap yang berlaku bagi kendaraan roda empat di DKI Jakarta, salah satunya dengan mempertimbangkan ketersediaan transportasi umum di sekitar jalan-jalan tersebut. Selain terdapat jaringan jalan yang cukup, juga tersedia sarana angkutan umum yang memadai.

Sebagai contoh sudah tersedia Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta untuk koridor Jalan Fatmawati, Jalan Panglima Polim, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Jenderal Sudirman, hingga Jalan MH Thamrin. Sementara untuk beberapa ruas jalan lainnya, juga telah dilayani oleh jaringan bus TransJakarta dengan jalur khusus (dedicated lane) yang bisa diakses masyarakat.

Adanya perluasan sistem ganjil genap bagi kendaraan roda empat bisa mendorong semakin menggeliatnya industri properti di Jakarta. Pembatasan kendaraan roda empat bisa menyebabkan pencari hunian di Jakarta untuk memilih rumah atau apartemen yang dekat dengan sarana transportasi umum baik MRT maupun TransJakarta agar tidak mengalami hambatan lalu lintas dalam aktivitasnya sehari-hari. Apalagi pasar properti DKI Jakarta mulai menunjukkan kenaikan setelah sempat stagnan dalam satu tahun terakhir. Sementara sebaliknya dari sisi suplai, terjadi penurunan pada properti residensial di DKI Jakarta.

Indeks harga properti di DKI Jakarta berada pada angka 131,1 atau naik 2% (q-o-q). Kenaikan ini jauh di atas rata-rata kenaikan per kuartal sepanjang 2018, sebesar 0,2%. Secara tahunan, kenaikan harga prorperti residensial di DKI Jakarta adalah 4%. Kenaikan secara tahunan ini masih sama dengan tahun lalu.

Geliat harga properti di DKI Jakarta, terutama pada kuartal kedua 2019, tak lepas dari perkembangan infrastruktur transportasi umum massal. Setelah MRT resmi beroperasi pada April lalu, giliran Lintas Rel Terpadu (LRT) menjalani uji coba di bulan Juni 2019, di wilayah Kelapa Gading, Jakarta Utara dan Pulomas serta Rawamangun di Jakarta Timur.

Kenaikan indeks properti di DKI Jakarta didorong oleh kenaikan di kawasan Jakarta Selatan dan Jakarta Utara. Jakarta Selatan, yang dilintasi MRT, mengalami kenaikan hingga 2% (q-o-q), sementara Jakarta Utara mengalami kenaikan hingga 3% (q-o-q), diantaranya didukung adanya uji coba LRT Kelapa Gading.

Jakarta Timur mencatatkan kenaikan terendah secara kuartalan, yakni 0,33%. Meski demikian, kenaikannya per tahun mencapai 12%. Ini karena moda LRT, yang akan membentang hingga Cibubur, serta sejumlah proyek jalan tol telah berdampak pada harga sejak tahun lalu.

Terjadi penurunan pada suplai properti residensial di DKI Jakarta sebesar 19% dibandingkan kuartal sebelumnya. Indeks suplai properti residensial di DKI Jakarta pada Q2 2019 berada pada titik 98,4. Pergerakan suplai ini masih sejalan dengan tren suplai properti tahunan.


What's On